Pokoknya mau sekarang! versus menunda keinginan / delay of gratification

Oleh : Ninin Kholida

Apakah anda pernah melihat anak yang minta dibelikan suatu barang, namun tidak dikabulkan lalu ia ngambek, nangis bahkan berteriak-teriak ? beberapa respons orang tua mungkin berbeda menghadapi situasi seperti ini. Ada yang berteguh hati dengan keputusannya untuk tidak membelikan keinginan anak yang di luar rencana atau kesepakatan. Tapi ada pula yang akhirnya ‘menyerah pada keinginan anak’ membelikan apa yang dimaunya meski sambil ngomel, “besok-besok jangan kayak gini lagi ya”. Jika orang tua sulit bersikap konsisten dalam hal yang mudah, maka akan lebih sulit bersikap konsisten pada situasi yang lebih rumit. Pola ini biasanya akan berulang pada hal yang berbeda selama bertahun-tahun. Anak pun terlanjur belajar dan mengabil kesimpulan : kalau aku pengen sesuatu, cukup nangis, ngambek, berperilaku buruk atau mengancam maka orang tuaku akan mengabulkannya.

menunda keinginan

Apakah seiring bertambahnya waktu perilaku anak yang seperti itu akan berubah dengan sendirinya? jika respons orangtua tidak berubah, maka akan sulit mengharapkan perubahan pada respons anak. Apalagi jika anak merasa bahwa ‘dia mendapatkan keuntungan dari sikap orangtuanya yang memanjakan, tidak tegaan dan tidak konsisten tersebut’.

Menunda keinginan adalah bagian dari perilaku mampu mengatur diri sendiri/ self-regulation. Kemampuan ini tidak terbentuk begitu saja, namun butuh Latihan berulang-ulang sepanjang masa hidup.

Manusia memiliki keinginan yang tak terbatas, namun sumberdaya yang ada terbatas untuk memenuhi semua keinginan manusia. Itulah mengapa kemampuan mengontrol dan mengatur diri ini sangat penting. Manusia perlu memiliah mana keinginan dan kebutuhan. Mana yang harus segera dipenuhi, mana yang bisa ditunda. Manusia juga perlu menentukan porsi atau seberapa banyak yang ia butuhkan untuk memenuhi (bukan memuaskan) keinginannya, baik itu kebutuhan akan makan, minum, bermain atau bersenang-senang, uang, kebutuhan seksual, dll.

Orang tua perlu menyadari bahwa, ia tak selamanya kuat, sehat, muda, serta mampu memenuhi semua keinginan anak. Akan ada waktunya menua, lemah dan di situasi yg berbeda. Namun tidak perlu merasa bersalah juga, karena tugas orangtua bukanlah memanjakan anak; tapi memandirikan anak dan mendidiknya menjadi pribadi yang bertanggungjawab; bukan hanya bisa menuntut dan mengandalkan orang lain.

Dua hal yang perlu dilatih terkait keinginan; keterampilan mendorong diri untuk mencapai keinginan yang diharapkan (memotivasi dan menggerakkan sumber daya dalam diri) yang kedua (tak kalah penting) adalah keterampilan untuk mengerem/menghentikan keinginan.

Untuk keterampilan kedua, selain self-control beberapa ahli menyebutnya dengan istilah delay of gratification; sebagai lawan dari instant gratification. Banyak peneliti yang meneliti efek menunda keinginan atau tidak serta merta segera mengabulkan keinginan anak, sebagian hasilnya adalah meningkatnya kontrol diri atas keinginan sesaat, dan berorientasi pada keinginan jangka Panjang. Bahasa awamnya, anak jadi gak gampang kepengenan, tapi bisa menilai manfaat dan keuntungan lebih besar yang mungkin didapat kalau dia bisa menunda memenuhi keinginan-keinginan sesaat/instant gratification. Misalnya, menunda keinginan jajan cemilan, uangnya dikumpulkan buat membeli barang yang lebih penting dan dibutuhkan; membeli buku misalnya.

Beberapa penelitian menyebutkan bahwa anak-anak yang berhasil melakukan delay of gratification, memiliki ciri bisa menghibur diri sendiri saat bosan, tidak mudah tantrum/ marah karena gak sabaran. Dalam jangka Panjang, anak yang memiliki kemampuan menunda keinginan jangka pendek ternyata berhubungan erat dengan kemampuan akademik yang baik dan skor SAT yang lebih tinggi, memiliki berat badan ideal, kemampuan mengatasi stres yang lebih baik, serta memiliki tanggung jawab sosial dan hubungan yang positif dengan teman sebaya (Carlson dkk, 2018).

Twito dkk; 2019) melalui penelitian yang dilakukan menyebutkan bahwa delayed gratification dapat menjadi faktor protektif terhadap permasalahan psikologis dan fisik yang serius, seperti gangguan perilaku, perilaku anti sosial, hiperaktif, adiksi/kecanduan, serta obesitas pada anak.

Bagaimana cara orang tua melatihkan control diri dan delay of gratification ? semoga bisa disambung di tulisan selanjutnya ya, insyaallah.

***************

Apakah Anda tertarik mengikuti pelatihan talents mapping? hubungi kami di nomor berikut ini
Kontak Sekarang

Leave a Reply